Notification

×

Iklan

Iklan

Strategi dan Paradigma Politik Gen Z dalam Mendesain Ekosistem Demokrasi Digital

Rabu, 25 Desember 2024 | 12:39 WIB Last Updated 2024-12-25T05:46:29Z
Ilustrasi | Istock

Generasi Z (Gen Z) adalah kelompok demografis yang lahir antara 1997 hingga 2012, tumbuh dan berkembang dalam era digital yang terus berubah. Sebagai generasi yang sangat terhubung dengan teknologi, mereka memiliki pandangan dan cara tersendiri dalam melihat dunia, termasuk dalam konteks politik dan demokrasi. Dalam era yang makin mengandalkan platform digital, Gen Z memegang peran kunci dalam mendesain ekosistem demokrasi digital, dengan strategi dan paradigma politik yang khas.

Salah satu ciri utama dari Gen Z adalah ketergantungan mereka terhadap teknologi dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam politik. Gen Z melihat media sosial dan platform digital lainnya sebagai alat penting untuk menyuarakan pendapat, berorganisasi, serta menggerakkan perubahan sosial dan politik. Bagi mereka, demokrasi bukan hanya tentang pemilu lima tahunan, melainkan tentang partisipasi aktif yang terjadi secara terus-menerus melalui platform daring.

Gen Z cenderung lebih aktif dalam menyuarakan pendapat melalui Twitter, Instagram, TikTok, dan platform lainnya. Mereka tidak hanya mengandalkan informasi dari media mainstream, tetapi juga menciptakan ruang bagi narasi alternatif. Demokrasi digital yang dibangun oleh Gen Z lebih terbuka, inklusif, dan cepat dalam memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi langsung.

Paradigma politik Gen Z sangat terpengaruh oleh ide desentralisasi. Mereka cenderung tidak memercayai institusi politik tradisional yang dianggap terlalu sentralistik dan cenderung lamban dalam mengambil keputusan. Dengan munculnya teknologi blockchain dan konsep desentralisasi lainnya, Gen Z melihat potensi besar untuk mengubah cara kekuasaan bekerja dalam demokrasi digital.

Blockchain, misalnya, memungkinkan adanya sistem pemungutan suara yang lebih transparan dan aman tanpa perlu bergantung pada sistem yang terpusat. Gen Z memandang teknologi ini sebagai cara untuk memberdayakan individu dan komunitas dalam pengambilan keputusan politik secara lebih langsung dan adil, mengurangi ketimpangan kekuasaan yang sering kali terjadi dalam sistem politik tradisional.

Kritis terhadap Informasi dan Penyebaran Berita Palsu

Dalam dunia yang makin terkoneksi, salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh Gen Z adalah fenomena penyebaran informasi palsu (hoax). Meskipun sangat bergantung pada media sosial untuk mendapatkan informasi, Gen Z juga menunjukkan kesadaran tinggi terhadap kualitas dan kebenaran informasi yang mereka terima. Mereka cenderung lebih skeptis terhadap berita yang beredar di internet, terutama yang berasal dari sumber yang tidak tepercaya.

Sebagai respons terhadap tantangan ini, Gen Z menerapkan strategi literasi media yang lebih kuat. Mereka mengedepankan pentingnya kemampuan untuk memverifikasi informasi sebelum membagikannya, dan sering kali terlibat dalam kampanye untuk memerangi hoax dan disinformasi di dunia maya. Dengan pendekatan ini, mereka berharap dapat menciptakan ekosistem demokrasi digital yang lebih sehat, di mana informasi yang beredar lebih kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan.

Meskipun Gen Z dikenal sebagai generasi yang sangat terhubung dengan teknologi, mereka juga menyadari bahwa demokrasi digital bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang inklusivitas dan kolaborasi antar generasi. Gen Z sering kali bekerja sama dengan generasi milenial dan generasi sebelumnya untuk menciptakan ekosistem digital yang lebih baik.

Contohnya, dalam isu-isu politik tertentu, seperti perubahan iklim atau keadilan sosial, Gen Z sering kali mengadakan kampanye yang melibatkan berbagai kelompok usia. Mereka memanfaatkan platform digital untuk menyebarkan informasi, mengorganisir aksi, serta membangun solidaritas lintas generasi dalam memperjuangkan perubahan yang lebih baik.

Pemanfaatan Data untuk Kebijakan yang Lebih Responsif

Sebagai generasi yang tumbuh dengan data dan teknologi besar (big data), Gen Z memiliki kemampuan untuk memanfaatkan data dalam membuat keputusan yang lebih berbasis bukti. Dalam konteks demokrasi digital, mereka mendukung kebijakan yang lebih transparan dan berbasis data. Mereka percaya bahwa dengan mengakses dan menganalisis data yang ada, pemerintah dan masyarakat dapat membuat kebijakan yang lebih responsif terhadap kebutuhan rakyat.

Gen Z juga melihat potensi besar dalam penggunaan data untuk meningkatkan partisipasi politik. Misalnya, melalui aplikasi atau platform digital, mereka dapat mengumpulkan masukan secara langsung dari masyarakat untuk kemudian digunakan dalam pembuatan kebijakan yang lebih inklusif.

Meskipun memiliki banyak peluang untuk memperbaiki sistem demokrasi melalui pendekatan digital, Gen Z juga dihadapkan pada sejumlah tantangan. Salah satunya adalah masalah ketimpangan akses terhadap teknologi. Meskipun Gen Z sangat terhubung dengan dunia digital, tidak semua orang memiliki akses yang sama terhadap teknologi. Hal ini dapat menciptakan kesenjangan dalam partisipasi politik, yang dapat memperburuk ketidakadilan dalam sistem demokrasi.

Di sisi lain, demokrasi digital juga menghadirkan tantangan terkait dengan perlindungan data pribadi dan privasi. Gen Z perlu menemukan keseimbangan antara kemudahan akses informasi dan perlindungan hak individu, agar ekosistem demokrasi digital tetap aman dan adil.

Strategi dan paradigma politik Gen Z dalam mendesain ekosistem demokrasi digital menekankan pentingnya partisipasi aktif, transparansi, dan kolaborasi antar generasi. Dengan mengandalkan teknologi sebagai alat untuk memberdayakan masyarakat, Gen Z memiliki potensi besar untuk membawa perubahan dalam sistem demokrasi yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan rakyat. Namun, tantangan seperti ketimpangan akses dan perlindungan data pribadi harus terus dihadapi agar demokrasi digital dapat berkembang dengan adil dan berkelanjutan.

Penulis: Yayang Nanda Budiman

Ikuti berita terkini dari Kabar Center di Google News, klik di sini