Notification

×

Iklan

Iklan

Membangun Literasi Budaya di Tengah Modernisasi: Sebuah Tantangan atau Peluang?

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 06:27 WIB Last Updated 2024-10-04T23:27:34Z
Ilustrasi | net

Era globalisasi dan modernisasi telah membawa perubahan yang luas dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam bidang budaya. Dunia yang semakin terhubung menciptakan interaksi budaya lintas batas yang semakin intensif, menimbulkan tantangan baru dalam mempertahankan identitas budaya lokal. 

Di tengah arus perubahan ini, literasi budaya menjadi kunci penting untuk menjaga keberagaman budaya dan identitas nasional. Menurut Mahfuzi dan Sudirman dalam buku Pendidikan Multiliterasi, literasi budaya bukan hanya tentang memahami tradisi atau adat istiadat, tetapi juga bagaimana individu dan masyarakat dapat beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa kehilangan akar budayanya. Artikel ini akan mengulas lebih dalam mengenai tantangan dan peluang dalam membangun literasi budaya di tengah modernisasi, merujuk pada pemikiran Mahfuzi dan Sudirman.

Literasi Budaya: Fondasi Identitas di Era Globalisasi

Literasi budaya, menurut Mahfuzi dan Sudirman, merupakan kemampuan mendalam untuk memahami, menghargai, dan mengintegrasikan nilai-nilai budaya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka menekankan bahwa literasi budaya tidak hanya berkaitan dengan pengetahuan tentang adat istiadat atau ritual, tetapi juga mencakup pemahaman terhadap simbol, makna, dan norma yang mendasari kehidupan budaya suatu masyarakat. Literasi ini penting karena membentuk identitas individu dan kolektif, memberikan rasa tempat dan makna dalam kehidupan yang terus berubah.

Identitas budaya menjadi semakin penting di tengah globalisasi, di mana homogenisasi budaya menjadi ancaman nyata. Penyebaran budaya populer global melalui media massa dan internet membuat generasi muda lebih tertarik pada budaya asing yang dominan, seperti film Hollywood, musik pop internasional, atau gaya hidup Barat, dibandingkan dengan budaya lokal mereka sendiri. Hal ini dapat menyebabkan erosi identitas budaya lokal dan melemahnya literasi budaya jika tidak ada upaya yang kuat untuk mempertahankan dan menghidupkan kembali nilai-nilai budaya tersebut.

Tantangan Erosi Budaya dalam Era Modernisasi

Salah satu tantangan terbesar dalam mempertahankan literasi budaya adalah erosi nilai-nilai budaya lokal akibat pengaruh budaya asing yang kuat. Mahfuzi dan Sudirman menekankan bahwa literasi budaya harus memberikan kemampuan bagi individu untuk memahami dan mengapresiasi budaya mereka sendiri, sekaligus mampu menyaring pengaruh eksternal yang masuk. Tantangan ini semakin diperparah oleh modernisasi yang sering kali menempatkan nilai-nilai ekonomi dan efisiensi di atas nilai-nilai budaya dan tradisi.

Erosi budaya ini tidak hanya terjadi pada aspek-aspek yang terlihat, seperti bahasa, pakaian, atau makanan, tetapi juga pada nilai-nilai inti yang mendasari interaksi sosial dalam masyarakat. Misalnya, nilai kebersamaan dan gotong royong yang selama ini menjadi ciri khas masyarakat di Indonesia semakin tergeser oleh nilai individualisme yang diimpor dari budaya Barat. Mahfuzi dan Sudirman menjelaskan bahwa tanpa literasi budaya yang kuat, masyarakat dapat kehilangan kemampuan untuk mempertahankan dan mempraktikkan nilai-nilai inti tersebut, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan disintegrasi sosial.

Peluang Penguatan Literasi Budaya melalui Pendidikan dan Teknologi

Meskipun tantangan yang dihadapi cukup besar, modernisasi juga membawa peluang untuk memperkuat literasi budaya. Mahfuzi dan Sudirman menggambarkan masyarakat yang multiliterasi sebagai masyarakat yang mampu memahami dan beradaptasi dengan berbagai bentuk komunikasi budaya dalam konteks yang berbeda-beda. Literasi budaya dalam konteks ini tidak hanya berfungsi sebagai alat pelestarian, tetapi juga sebagai mekanisme adaptasi yang memungkinkan budaya lokal berkembang seiring dengan perubahan zaman.

Pendidikan merupakan salah satu cara paling efektif untuk membangun literasi budaya. Menurut Mahfuzi dan Sudirman, pendidikan yang terintegrasi dengan nilai-nilai budaya lokal adalah kunci untuk membentuk generasi muda yang memiliki pemahaman dan apresiasi terhadap warisan budaya mereka. Pendidikan ini tidak hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga melalui kegiatan ekstrakurikuler dan pengalaman budaya yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi langsung dengan warisan budaya mereka. Pelajaran bahasa daerah, seni tradisional, dan sejarah lokal dapat diajarkan sebagai bagian dari kurikulum sekolah, sementara kegiatan seperti festival budaya dan pementasan seni dapat menjadi media pembelajaran yang efektif.

Selain pendidikan formal, teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung literasi budaya. Mahfuzi dan Sudirman menekankan bahwa dalam era digital ini, teknologi dapat digunakan untuk mendokumentasikan, menyebarluaskan, dan mempromosikan budaya lokal kepada audiens yang lebih luas. Misalnya, platform media sosial dapat digunakan untuk menghidupkan kembali bahasa daerah yang hampir punah dengan membuat konten yang menarik dan mudah diakses oleh generasi muda. Aplikasi mobile dan situs web juga dapat menjadi alat untuk mengajarkan nilai-nilai budaya dan sejarah lokal melalui pendekatan yang interaktif dan menyenangkan.

Strategi Efektif dalam Menghadapi Tantangan Literasi Budaya

Untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada, Mahfuzi dan Sudirman merekomendasikan beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah, lembaga pendidikan, komunitas, dan individu. Pendidikan berbasis budaya merupakan salah satu strategi paling efektif dalam membangun literasi budaya. Kurikulum yang berfokus pada pengajaran budaya lokal harus dikembangkan dan diterapkan di semua tingkat pendidikan. Ini termasuk tidak hanya pengajaran formal tentang sejarah dan tradisi, tetapi juga pengajaran tentang bagaimana budaya lokal dapat diadaptasi dan diterapkan dalam konteks modern.

Komunitas lokal memiliki peran penting dalam menjaga dan mentransmisikan nilai-nilai budaya. Program-program pemberdayaan yang mendukung pelestarian budaya lokal harus didorong, termasuk program pelatihan bagi pemimpin komunitas untuk menjadi agen perubahan dalam upaya pelestarian budaya. Keterlibatan aktif dari para tetua adat dan tokoh masyarakat juga sangat penting dalam memastikan bahwa nilai-nilai budaya tetap hidup dan relevan bagi generasi muda.

Media digital menawarkan peluang besar untuk melestarikan dan mempromosikan budaya lokal. Mahfuzi dan Sudirman menyoroti bahwa media sosial, video, dan aplikasi dapat digunakan untuk mendokumentasikan dan menyebarkan praktik budaya yang mungkin tidak lagi diajarkan secara langsung. Misalnya, pembuatan konten digital seperti vlog atau tutorial tentang seni tradisional, masakan, atau bahasa daerah dapat menjadi cara efektif untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan mempertahankan keberlanjutan budaya tersebut.

Kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, lembaga pendidikan, dan organisasi non-pemerintah sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung literasi budaya. Pemerintah dapat menyediakan kebijakan dan pendanaan yang mendorong pelestarian budaya, sementara sektor swasta dapat membantu dalam hal promosi dan pengembangan industri kreatif yang berbasis pada budaya lokal. Organisasi non-pemerintah juga dapat memainkan peran dalam memberikan pendidikan dan dukungan teknis kepada komunitas lokal untuk mengembangkan program-program pelestarian budaya.

Peran Generasi Muda dalam Literasi Budaya

Generasi muda memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kelangsungan literasi budaya. Mahfuzi dan Sudirman menekankan bahwa generasi muda adalah agen perubahan yang dapat membawa nilai-nilai budaya ke masa depan, dengan cara mengintegrasikannya ke dalam kehidupan modern. Pendidikan yang terfokus pada pengembangan literasi budaya harus memberikan ruang bagi generasi muda untuk mengekspresikan dan mengadaptasi budaya mereka sesuai dengan konteks zaman.

Dalam hal ini, generasi muda dapat berperan aktif dalam pelestarian budaya melalui berbagai inisiatif, seperti pembuatan konten kreatif yang mengangkat nilai-nilai budaya, terlibat dalam kegiatan budaya lokal, dan mendukung program-program pelestarian yang ada. Dengan demikian, mereka tidak hanya menjadi penerus tradisi, tetapi juga inovator yang mampu menghidupkan kembali budaya dalam cara-cara yang relevan dan menarik bagi generasi mereka sendiri.

Studi Kasus: Revitalisasi Bahasa Daerah di Era Digital

Salah satu contoh sukses dari upaya memperkuat literasi budaya di tengah modernisasi adalah inisiatif untuk merevitalisasi bahasa daerah melalui teknologi digital. Mahfuzi dan Sudirman menyoroti pentingnya penggunaan aplikasi mobile, platform e-learning, dan media sosial sebagai alat untuk mengajarkan dan mempromosikan bahasa daerah yang hampir punah. Program-program ini memungkinkan pembelajaran bahasa daerah menjadi lebih aksesibel dan menarik bagi generasi muda, yang lebih terbiasa dengan teknologi digital. Dengan demikian, teknologi tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai sarana pelestarian budaya yang efektif.

Kesimpulan
Literasi budaya adalah elemen penting dalam membangun identitas yang kuat di tengah arus globalisasi dan modernisasi. Tantangan seperti erosi nilai-nilai budaya lokal dan dominasi budaya asing memerlukan pendekatan holistik dan strategis dalam pengembangan literasi budaya. Pendidikan yang terintegrasi dengan nilai-nilai budaya lokal, pemberdayaan komunitas, pemanfaatan teknologi, dan kolaborasi lintas sektor adalah beberapa strategi yang diidentifikasi oleh Mahfuzi dan Sudirman sebagai cara untuk memperkuat literasi budaya di tengah perubahan zaman.

Dengan pendekatan yang tepat, modernisasi tidak perlu dilihat sebagai ancaman, tetapi sebagai peluang untuk memperkaya dan memperkuat budaya lokal. Seperti yang diungkapkan oleh Mahfuzi dan Sudirman dalam Pendidikan Multiliterasi, literasi budaya yang kuat memungkinkan masyarakat untuk tetap kokoh dalam identitas mereka, sambil tetap terbuka dan adaptif terhadap perubahan yang terjadi di sekitar mereka. Dengan demikian, masyarakat budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Referensi: Mahfuzi, & Sudirman. Pendidikan Multiliterasi.

Oleh: Nadhira Hafidza
Penulis adalah Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Medan

Ikuti berita terkini dari Kabar Center di Google News, klik di sini