Notification

×

Iklan

Iklan

Drone Houthi Tembus Pertahanan Israel, Seorang Warga Meninggal Dunia

Jumat, 19 Juli 2024 | 16:23 WIB Last Updated 2024-07-19T09:23:34Z
Asap terlihat di udara pada Jumat pagi setelah ledakan mengguncang Israel | Sumber: X

Kabar Center

Tel Aviv - Militer Israel menyebut sebuah drone yang "sangat besar" dan mampu mengudara jarak jauh digunakan dalam serangan yang menewaskan satu orang di Tel Aviv. Militer Israel juga mengakui adanya "kesalahan manusia" (human error) yang membuat drone itu tidak ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara.

Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Jumat (19/7/2024), kelompok Houthi yang bermarkas di Yaman mengklaim bertanggung jawab atas serangan drone yang memicu ledakan pada sebuah gedung apartemen yang terletak dekat kantor cabang Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Tel Aviv pada Jumat (19/7).

Ditegaskan seorang pejabat militer Israel, yang tidak disebut namanya, dalam sebuah keterangan pers bahwa serangan oleh Houthi yang didukung Iran menjadi "salah satu kemungkinan" yang sedang diselidiki oleh Tel Aviv.

"Jelas, salah satu kemungkinan yang kami selidiki adalah Yaman karena pengumuman Houthi. Tapi kami tidak mengesampingkan apa pun," ucapnya.

Dalam pernyataannya, pejabat militer Israel tersebut menyebut "sebuah drone yang sangat besar yang bisa melakukan penerbangan jarak jauh" digunakan dalam serangan yang terjadi pada Jumat (19/7) dini hari, sekitar pukul 03.12 waktu setempat.

Dia menyebut bahwa drone tersebut "menabrak sebuah gedung apartemen" dan "itu bukanlah drone kecil".

Menurut pejabat militer Israel itu, tujuan dari serangan drone tersebut adalah "terorisme". "Tujuan utama mereka adalah membunuh warga-warga sipil di Israel," sebutnya.

Lebih lanjut, pejabat militer tersebut mengatakan bahwa serangan drone itu sebenarnya terdeteksi oleh sistem pertahanan udara Israel, namun alarm atau peringatan serangan udara tidak segera berbunyi karena "kesalahan manusia" atau "human error".

"Tidak ada peringatan yang berbunyi di Tel Aviv karena tidak diaktifkan," ungkapnya.

"Ada human error yang menyebabkan sistem pencegatan dan pertahanan tidak dioperasikan," sebut pejabat militer Israel tersebut.

Sebelumnya dilaporkan bahwa militer Israel sedang menyelidiki lebih lanjut serangan drone tersebut, terutama soal penyebab drone itu tidak dihancurkan oleh sistem pertahanan udara di Tel Aviv.

Laporan menyebut serangan drone yang menghantam Tel Aviv pada Jumat (19/7) pagi itu tidak memicu alarm atau sirene serangan udara. Warga setempat melaporkan mendengar suara ledakan namun tidak ada sirene yang berbunyi.

Serangan drone itu dilaporkan menghantam sebuah apartemen di Tel Aviv, hingga menewaskan sedikitnya satu orang dan melukai beberapa orang lainnya.

Kelompok Houthi yang bermarkas di Yaman mengatakan "pasukan UAV" -- merujuk pada kendaraan udara tak berawak atau drone -- telah menyerang "salah satu target penting di Jaffa yang diduduki, yang sekarang disebut sebagai Tel Aviv Israel".

"Telah melakukan operasi militer spesifik, yang menargetkan salah satu target penting di wilayah Jaffa yang diduduki, yang sekarang disebut sebagai Tel Aviv Israel," sebut juru bicara sayap militer kelompok Houthi, Yahya Saree, dalam pernyataannya.

Disebutkan juga oleh Saree bahwa serangan itu dilancarkan menggunakan drone baru bernama "Yafa", yang diambil dari nama kota tua yang sekarang menjadi bagian dari Tel Aviv era modern. Saree mengklaim bahwa drone terbaru Houthi itu "mampu melewati sistem pencegatan dan radar tidak bisa mendeteksinya".

Sementara itu, seorang pejabat Israel lainnya, yang juga enggan disebut namanya, secara terpisah mengatakan bahwa sebuah drone lainnya terdeteksi di perbatasan timur Israel.

"Semalam, ada insiden lainnya di kami menggagalkan UAV (drone) di perbatasan timur kami, sebuah UAV lainnya," sebut pejabat Israel tersebut, tanpa memberikan rincian soal dari mana asal drone itu diluncurkan.

Ikuti berita terkini dari Kabar Center di Google News, klik di sini