Hamas di Kota Gaza, 21 September 2022. Foto oleh Attia Muhammed/Flash90. |
Kabar Center
Pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang menyebut gencatan senjata akan terwujud di Jalur Gaza jika Hamas membebaskan para sandera yang tersisa mendapat respon dari pihak Hamas.
Hamas mengecam Biden atas pernyataan itu, dan menyebutnya sebagai "kemunduran" dalam perundingan gencatan senjata.
"Kami mengutuk sikap Presiden AS ini, kami menganggapnya sebagai kemunduran dari hasil perundingan putaran terbaru, yang mengarah pada persetujuan gerakan ini terhadap proposal yang diajukan para mediator," demikian pernyataan Hamas, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya mengutip detik.com, Senin (13/5/2024).
Pernyataan Biden yang dikecam Hamas itu disampaikan pada Sabtu (11/5) waktu setempat, ketika sang Presiden AS menghadiri acara penggalangan dana untuk kampanye pilpres di luar Seattle, Washington, tepatnya di kediaman seorang mantan eksekutif Microsoft.
Biden memberikan tanggapan soal perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, setelah sebelumnya menghindari topik itu dalam tiga acara serupa pada Jumat (10/5) lalu.
Dalam pernyataannya, Biden mengatakan bahwa gencatan senjata dalam perang Israel-Hamas mungkin terjadi "besok" jika Hamas membebaskan para sandera yang ditangkap sejak serangan 7 Oktober tahun lalu.
"Akan ada gencatan senjata besok jika Hamas membebaskan para sandera," kata Biden.
"Israel mengatakan terserah pada Hamas, jika mereka menginginkannya, kita bisa mengakhirinya besok. Dan gencatan senjata akan dimulai besok," ujar sang Presiden AS itu saat berbicara di hadapan sekitar 100 orang yang hadir dalam acara tersebut.
Pernyataan itu disampaikan Biden setelah sebelumnya mengancam Israel bahwa AS bisa menghentikan pasokan senjata, terutama peluru artileri, jika sekutunya itu tetap mengirimkan pasukan darat dalam jumlah besar dalam invasi ke Rafah, Jalur Gaza bagian selatan.
Perundingan antara Israel dan Hamas mengenai gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran sandera-tahanan Palestina, yang dimediasi oleh Mesir, Qatar dan AS, tampaknya terhenti di tengah aksi militer Tel Aviv di Rafah.
Hamas menyebut Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu sama saja telah "bergegas membatalkan" perundingan dengan melancarkan serangan terhadap Rafah.
Hamas juga menuduh pemerintah Israel "meningkatkan pembantaian brutal di berbagai wilayah Jalur Gaza" dan "menegaskan kembali upaya mereka untuk melanjutkan perang genosida di Gaza".
Israel menentang seruan internasional dengan mengirimkan tank-tank dan pasukan militernya ke area Rafah bagian timur sejak pekan lalu, yang secara efektif menutup jalur utama untuk penyaluran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Militer Israel, pada Sabtu (11/5) waktu setempat, memperluas perintah evakuasi di Rafah timur dan mengklaim bahwa 300.000 warga Palestina telah mengungsi dari area tersebut.
Ikuti berita terkini dari Kabar Center di Google News, klik di sini