Ilustrasi pohon Natal buatan |
Kabar Center
Popularitas Pohon Natal buatan atau pohon natal yang terbuat dengan bahan yang didominasi plastik saat ini cukup melonjak.
Kemudahan dalam melakukan bongkar pasang membuat banyak orang lebih memilih pohon natal buatan dari pada yang asli.
Seperti dilansir The New York Times, Minggu (3/12), Charlene Truong Launer, pembuat konten media sosial, membeli pohon Natal asli dari seorang penjual di trotoar di Manhattan.
Launer (29) dan suaminya membawa pohon itu selama 15 menit ke apartemen mereka di TriBeCa dan menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyiapkannya. “Saya sangat bersemangat,” kata Launer.
Namun keesokan paginya, semuanya runtuh. “Pohon Natal kami tumbang, dan semua hiasan kami rusak,” katanya.
Hal itu tentu membuat perasaan Launer terpukul. Mereka menyatukannya kembali, tetapi kemudian kerusakan kembali terjadi.
“Selama kami memiliki pohon itu, daun-daun pinus berserakan di tanah,” katanya.
Akhirnya Launer bersama suaminya membuang pohon tersebut.
Itu sebuah kisah kekecewaan yang dialami pasangan suami istri ini terhadap Pohon Natal asli yang mereka miliki.
Akhirnya, mereka pun menggantikannya dengan pohon natal buatan.
Tahun ini, Launer memesan pohon cemara palsu setinggi sembilan kaki. “Itu tiba dalam sebuah kotak, dan saya membukanya, dan itu sempurna bahkan dilengkapi dengan lampu” katanya.
“Ini terlihat sangat nyata. Aku menyukainya,” tambahnya.
Ternyata bukan hanya Lauren yang mengalami hal serupa. Menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh American Christmas Tree Association, 77 persen orang yang memiliki setidaknya satu pohon Natal tahun ini adalah pohon natal buatan.
Asosiasi tersebut menemukan bahwa orang-orang menyukainya karena kemudahan memasang pohon buatan, tidak memerlukan perawatan, dan pohon terlihat konsisten dan cantik sepanjang musim liburan.
Namun popularitas pohon palsu belum tentu menjadi kabar baik bagi lingkungan.
Bill Lindberg, pakar hortikultura di Michigan State University, mengatakan ada manfaat lingkungan dan ekonomi jika memiliki pohon asli.
“Pohon buatan terbuat dari plastik yang pada akhirnya akan berakhir di tempat pembuangan sampah. Pohon asli adalah sumber daya terbarukan dan dapat dijadikan mulsa dan dikembalikan ke tanah,” katanya.
Kendati demikian, jika memang harus memilih pohon buatan, menurutnya, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah menggunakan pohon yang sama berulang kali.
“Ada penelitian yang membandingkan dampak lingkungan dari pohon asli dengan pohon palsu. Ini menunjukkan bahwa jika Anda memelihara pohon buatan Anda selama delapan tahun, pada dasarnya itulah saat Anda mulai mencapai titik impas. Anda dapat membantu lingkungan," katanya.
Penulis: Dame Sitanggang
Ikuti berita terkini dari Kabar Center di Google News, klik di sini