Mangihut Sinaga |
Kabar Center
Ikut ‘mengurus’ organisasi sosial, apalagi organisasi sosial budaya seperti Perkumpulan Marga Masyarakat Batak, janganlah memikirkan keuntungan finasial seperti organisasi bisnis. Sebab mengurus organisasi sosial pada dasarnya adalah pengabdian. Maka untuk itu, ikut mengurus organisasi sosial harus siap-siap mengorbankan waktu dan pemikiran terutama mengorbankan finansial pribadi.
Situasi semacam itu pastilah disadari betul oleh Mangihut Sinaga saat dia menjadi Ketua Umum Parsadaan Pomparan Toga Sinaga & Boru (PPTSB) Indonesia sekitar 13 tahun yang lalu.
Sebagai sebuah organisasi marga yang ranahnya sosial budaya, PPTSB bukanlah organisasi bisnis, yang memungkinkan ada kompensasi finasial secara reguler. Terhadap hal itu, Mangihut Sinaga tahu dan sadar betul mengenai hal itu.
“Sebagai sebuah organisasi sosial budaya, PPTSB bukanlah organisasi bisnis. Oleh karena itu, saat dipercaya menjadi Ketua Umumnya, yang pertama saya pikirkan adalah bagaimana cara mendanai organisasi ini agar berjalan dengan baik,” ujarnya dalam satu bagian perbincangan dengannnya di Posko Pemenangannnya di Kawasan Sambu Baru, Jl. Asahan Kota Pematang Siantar beberapa waktu yang lalu.
Cerita mengenai topik ini, erat kaitannya dengan slogan “Berkarya untuk Rakyat” dalam upayanya menuju Senayan menjadi Legislatif Golkar dari Dapil Sumut-2. Topik “Berkarya untuk Rakyat”, dari pandangan Poster Sinaga, memang relevan dengan kiprahnya selama 12 tahun menjadi Ketua Umum PPTSB, sebagaimana dituliskan di atas.
Sekedar untuk diketahui, Mangihut Sinaga menjabat sebagai Ketua Umum PPTSB selama 3 periode, yaitu: 2010-2014, 2014-2018 dan 2018-2022.
Kurun waktu 12 tahun mengurus organisasi sosial, bukanlah perkara gampang. Apalagi jenis organisasi ini ‘tidak ada uangnya’. Tapi faktanya, PPTSB dapat berjalan dengan baik.
Kegiatan Musyawarah Besar dan Rapat Kerja Nasional dengan kehadiran perwakilan-perwakilan organisasi dari seluruh Indonesia. Dari segi pendanaan, tentu kegiatan ini membutuhkan biaya besar.
Seperti Mubes PPTSB terakhir di era kepemimpinan Mangihut Sinaga yang dilakukan selama 3 hari di Hotel Danau Toba Internasional Medan dengan melibatkan seluruh perwakilan dari daerah lain, pastilah dilaksanakan dengan biaya besar.
“Faktanya, saya tidak bangkrut!," ujar Mangihut Sinaga dengan apa adanya, mengenai perjalanan PPTSB di masa kepemimpinannya tersebut.
Disamping tidak bangkrut, beberapa harta kekayaan PPTSB juga bertambah. Yang pasti, dari catatan “Barita Si_TOLU”, beberapa aset itu adalah seperti Gedung Sopo Mardame Sinaga dan Rumah Parsaktian Op. Toga Sinaga di Kompleks Tugu di Desa Sinaga Uruk, Palipi Samosir.
Fakta lain dari era Kepengurusan Mangihut Sinaga ini adalah tumbuhnya cabang-cabang dan Kepengurusan Wilayah PPTSB. Selama kepengurusannya, khusus untuk cabang ini telah tumbuh menjadi 176 cabang. Untuk Wilayah, terakhir yang tercatat adalah Wilayah PPTSB Sumut-2, dengan Bupati Simalungun, Radiapoh Hasiholan Sinaga menjadi ketuanya.
Adalah tidak berlebihan saat Mangihut Sinaga mengambil tag line “Berkarya untuk Rakyat” dalam upayanya menjadi Legislatif di Senayan dari Partai Golkat untuk periode 2024-2029.
PPTSB sebagai representasi rakyat, walau dalam scope yang kecil, Mangihut Sinaga telah berhasil membuktikannya. Dan adalah fakta, bahwa dimasa kepengurusan Mangihut Sinaga lah PPTSB muncul menjadi organisasi sosial dari yang ‘biasa-biasa saja’ menjadi ‘luar biasa’.
Dari catatan “Barita Si_TOLU”, hal itu terlihat saat dilakukannya “Jubelium 75 Tahun PPTSB” yang digelar di Kompleks Tugu Toga Sinaga di Desa Sinaga Uruk, Palipi Samosir tahun 2015. Saat dilakukannya hajatan itu, boleh dikatakan alat angkut penyeberangan dari dan ke Samosir mau pun hotel dan penginapan mencapai over kapasitas.
“Sudah terbukti berbuat!”, ujar Poster Sinaga, mantan pengusung Ali Wongso Hasiholan Sinaga ini ikut menghantarkannya ke Senayan, memberi penilaiannya. ”Bukan ‘katanya-katanya’ seperti yang banyak dikatakan Caleg lain,’ pungkasnya. (PMS/Tim)
Ikuti berita terkini dari Kabar Center di Google News, klik di sini