Kabar Center - Naypyitaw
Sejak kudeta militer pada 1 Februari, jumlah korban tewas lebih dari 300 orang. Korban tewas ditembak mencapai ratusan orang.
Reuters melansir, Jumat (26/3/2021), angka tersebut dilaporkan oleh kelompok advokasi non-profit bernama Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) dan media-media lokal Myanmar.
"Kejahatan kemanusiaan dilakukan setiap hari," kata AAPP dalam pernyataannya.
AAPP yang memantau situasi terkini Myanmar menyebutkan, bahwa nyaris 3 ribu orang ditangkap, didakwa atau dihukum sejak kudeta.
Laporan AAPP juga mencatat bahwa sedikitnya 320 orang tewas dalam berbagai unjuk rasa antikudeta di Myanmar, angka ini tercatat hingga 25 Maret.
Data AAPP menunjukkan sedikitnya 25 persen korban tewas, ditembak di kepala, yang menimbulkan kecurigaan bahwa mereka sengaja menjadi target pembunuhan.
"Semuanya mengarah pada pasukan yang mengadopsi taktik menembak untuk membunuh demi menekan unjuk rasa," kata Amnesty International dalam laporannya soal situasi Myanmar awal pekan ini.
Sementara, juru bicara junta militer Myanmar pada Selasa (23/3) waktu setempat menyebut 164 demonstran tewas dalam unjuk rasa sejak kudeta. Disebutkan juga bahwa sembilan anggota pasukan keamanan Myanmar tewas saat menghadapi para demonstran.
Baik data AAPP maupun laporan junta militer Myanmar belum bisa diverifikasi secara independen oleh Reuters.
Pembunuhan demonstran di Myanmar memicu kemarahan dan menuai sanksi dari negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat (AS). Penggunaan kekuatan mematikan terhadap warga sipil juga menuai kecaman dari beberapa negara Asia Tenggara.
Namun junta militer Myanmar membantah telah menggunakan kekerasan berlebihan dan menegaskan tindakannya mematuhi norma internasional dalam menghadapi situasi yang disebutnya sebagai ancaman bagi keamanan nasional.
Data AAPP menyebut nyaris 90 persen korban tewas berjenis kelamin laki-laki. Sekitar 36 persen korban tewas berusia 24 tahun ke bawah.
Korban tewas paling muda berusia 7 tahun dan bernama Khin Myo Chit, yang tewas usai ditembak di kepala pada Selasa (23/3) waktu setempat di kota Mandalay. Dia sedang berada di rumahnya bersama sang ayah saat ditembak mati. Sementara korban tewas paling tua berusia 78 tahun dan bernama Win Kyi, yang tewas bersama 50 orang lainnya di distrik Hlaing Thayar, Yangon, pada 14 Maret lalu.
Ikuti berita terkini dari Kabar Center di Google News, klik di sini